JATIMTIMES - Kisah hidup Jabir bin Abdillah RA adalah potret kesetiaan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang patut dikenang sepanjang zaman. Kedekatannya dengan Rasulullah SAW tidak hanya tampak di medan jihad, tetapi juga dalam keseharian penuh kasih, doa, dan perhatian. Dari perjalanan hidupnya, tersimpan pelajaran besar tentang keteguhan iman, kesabaran, serta cinta yang tulus kepada Rasulullah.
Jabir bin Abdillah lahir 16 tahun sebelum hijrah. Nasabnya bersambung hingga Khazraj, salah satu kabilah besar di Madinah, dan ia kerap dipanggil dengan julukan Abu Abdillah Al-Anshari. Catatan sejarah menyebut, ia tumbuh menjadi ulama besar sekaligus mufti Madinah pada masanya, menunjukkan keluasan ilmu dan peran strategisnya dalam membimbing umat setelah wafatnya Nabi.
Baca Juga : Khutbah Jumat 26 Oktober 2025: Rahasia Amalan Sunnah di Bulan Rabiul Akhir
Keistimewaan lain, Jabir RA termasuk sahabat yang meriwayatkan banyak hadis. Allah menganugerahkan umur panjang kepadanya, sehingga ia masih sempat melihat cucu-cucu Rasulullah tumbuh. Kedekatannya dengan Nabi tidak hanya karena posisi sebagai sahabat, tetapi juga karena sejarah panjang keluarganya yang penuh pengorbanan.
Perjalanan hidup Jabir penuh ujian. Dalam Perang Uhud, ayahnya, Abdullah bin Haram, gugur syahid. Sejak saat itu, Jabir sebagai anak sulung harus menanggung beban berat: merawat sembilan saudara perempuannya sekaligus melanjutkan kehidupan keluarga.
Rasulullah SAW sangat memahami cobaan itu. Dengan izin Allah, beliau membantu Jabir melunasi utang ayahnya melalui mukjizat yang masyhur: tumpukan kurma yang tidak berkurang sedikit pun meski diambil untuk melunasi kewajiban. Peristiwa ini bukan hanya meringankan beban Jabir, tetapi juga meneguhkan keyakinannya akan pertolongan Allah.
Sejak wafat ayahnya, Jabir tidak pernah absen mendampingi Nabi dalam berbagai pertempuran. Ia menjadi saksi dari banyak peristiwa penting, salah satunya dalam Perang Khandak. Kala itu, penggalian parit terhenti oleh batu besar yang tak mampu dihancurkan para sahabat. Dengan sekali pukulan, Rasulullah menghancurkan batu keras itu hingga menjadi pasir.
Kesetiaan Jabir juga terlihat dalam momen penuh rasa iba. Melihat Nabi berhari-hari menahan lapar, ia pulang ke rumah dan menyiapkan makanan sederhana dari sedikit gandum dan seekor kambing kecil. Niatnya hanya untuk Nabi, namun Rasulullah justru mengajak seluruh sahabat ikut makan bersama. Atas izin Allah, makanan yang sedikit itu cukup mengenyangkan seluruh pasukan. Bagi Jabir, pengalaman itu menjadi kenangan iman yang tak tergantikan.
Baca Juga : Ramalan Zodiak 26 September 2025: 5 Zodiak yang Hoki Besar di Akhir Bulan
Hidup Jabir bin Abdillah bukan sekadar deretan kisah heroik, tetapi juga pelajaran abadi. Ia menunjukkan bahwa cinta kepada Rasulullah tak hanya diwujudkan dalam kata-kata, melainkan dalam kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan hati menghadapi ujian.
Dari perjalanan hidupnya, umat Islam belajar bahwa iman sejati tumbuh dari kesabaran menghadapi cobaan, dari cinta yang tulus kepada Nabi, serta keyakinan akan pertolongan Allah di saat-saat sulit.