Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Kronologi Polemik KDM dan Aqua Soal Sumber Air dari Sumur Bor, Lengkap dengan Penjelasan Pakar

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

23 - Oct - 2025, 16:27

Placeholder
Momen Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat berkunjung ke perusahaan Air Minum Aqua. (Foto: Instagram)

JATIMTIMES - Video kunjungan Kang Dedi Mulyadi (KDM) ke salah satu lokasi pengolahan air mineral Aqua di Subang mendadak viral di media sosial. Dalam tayangan tersebut, Gubernur Jawa Barat itu tampak mempertanyakan langsung sumber air yang digunakan perusahaan air minum kemasan tersebut. 

Dalam video yang dikutip dari YouTube KDM, Kang Dedi terlihat berdialog dengan salah satu staf di lokasi pengolahan air. Ia menanyakan apakah air yang digunakan berasal dari sungai atau mata air permukaan.

"Ngambil airnya dari sungai?" tanya Dedi.

Baca Juga : Petani Tembakau Kabupaten Malang Diberi Pelatihan GMP, DTPHP: Produknya Supaya Dilirik Industri

"Airnya dari bawah tanah, Pak," jawab salah satu staf perusahaan.

Mendengar jawaban itu, Dedi tampak terkejut. Ia kemudian memastikan ulang bahwa air tersebut benar-benar berasal dari bawah tanah melalui proses pengeboran. “Dikira oleh saya dari air permukaan, dari sungai atau mata air. Berarti kategorinya sumur pompa dalam?” ujarnya.

Dedi juga menggali lebih jauh tentang kedalaman sumur dan dampak pengambilan air terhadap kondisi tanah di wilayah pegunungan tersebut.

“Dari dalam, di bor? Kan air tanah. Ini di bor? Nggak akan ngefek ke pergeseran tanah?” tanya Dedi lagi.

Staf di lokasi menjelaskan bahwa sumur yang digunakan memiliki kedalaman sekitar 102 meter, sementara titik lain mencapai 60 meter.

Dalam video tersebut, Kang Dedi juga menyinggung potensi bahaya lingkungan dari aktivitas pengambilan air bawah tanah, terutama di kawasan pegunungan.

“Air gunung diambil dari bawah tanah, apa nggak geser tanahnya? Kalau datar mungkin nggak berisiko, tapi ini daerah pegunungan. Kalau geser bisa bahaya,” kata Dedi.

Ia menambahkan bahwa sejumlah wilayah di sekitar Subang kini kerap mengalami banjir dan longsor yang sebelumnya jarang terjadi.

“Dulu Kasomalang itu nggak pernah banjir, sekarang banjir. Berarti kan ada problem lingkungan akut yang harus segera dibenahi,” ujarnya.

Dedi pun menutup videonya dengan menyebut perlunya penelitian lebih lanjut soal penyebab kerusakan lingkungan tersebut.

“Saya lagi mikir, longsor sering terjadi itu problemnya apa sih? Apa karena hutannya yang ditebang, kemudian tanah kering dan longsor, atau ada aspek lain yang harus jadi bahan penelitian,” pungkas Dedi. 

Menanggapi viralnya video tersebut, pihak Danone-Aqua merilis klarifikasi resmi. Aqua menegaskan bahwa air yang digunakan dalam produksi bukan berasal dari sumur bor biasa, melainkan dari akuifer alami di pegunungan, yaitu lapisan air tanah dalam yang terbentuk secara geologis.

Baca Juga : Viral! Dedi Mulyadi Kaget Sumber Air Mineral di Subang Bukan dari Pegunungan, Ini Penjelasan Lengkap Aqua

"Air ini terlindungi secara alami dan telah melalui proses seleksi serta kajian ilmiah oleh para ahli dari UGM dan Unpad. Sebagian titik sumber bahkan bersifat self-flowing atau mengalir secara alami," jelas Aqua dalam keterangan resminya, Kamis (23/10/2025).

Aqua juga memastikan bahwa sumber airnya tidak mengganggu pasokan air masyarakat sekitar, karena diambil dari lapisan berbeda dengan air permukaan.
Selain itu, perusahaan menyebut proses pengambilan air dilakukan berdasarkan izin resmi dari pemerintah dan berada di bawah pengawasan Badan Geologi Kementerian ESDM serta pemerintah daerah.

Sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan, Aqua menerapkan kebijakan Ground Water Resources Policy (Kebijakan Perlindungan Air Tanah Dalam) untuk memastikan keberlanjutan sumber daya air.

“Berdasarkan kajian bersama UGM, pengambilan air dilakukan secara terkendali dan tidak menyebabkan pergeseran tanah maupun longsor,” tegas pihak Danone-Aqua.

Di tengah viralnya polemik ini, pakar hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Profesor Lambok M Hutasoit, memberikan penjelasan ilmiah. Ia mengungkapkan bahwa istilah “air pegunungan” yang digunakan dalam industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) tidak berarti air diambil langsung dari mata air yang muncul di permukaan.

Menurut Lambok, sumber air pegunungan berasal dari sistem akuifer, yakni lapisan air tanah dalam yang terbentuk melalui proses alami. Air hujan yang meresap ke dalam tanah di daerah pegunungan akan mengalir dan tersimpan di lapisan tersebut.

“Sumber air pegunungan itu berada dalam sistem akuifer yang dihasilkan dari proses alami di pegunungan, yaitu hujan yang meresap ke dalam tanah, lalu mengalir ke sumber air dan diambil dari akuifer bawah tanah di pegunungan,” jelas Lambok, dikutip dari Media Indonesia, Kamis (23/10/2025).

Lambok juga menjelaskan alasan ilmiah mengapa industri air minum memilih sumber air dari pegunungan dibandingkan air tanah biasa. Tidak semua air tanah aman diminum, sebab sebagian bisa mengandung unsur berbahaya.

“Salah satunya ada Kromium VI yang sangat beracun. Jadi, tidak sembarangan menggunakan air tanah untuk air minum. Harus dianalisis kimianya terlebih dahulu,” ujarnya.

Selain unsur kimia, kualitas air sangat bergantung pada jenis lapisan batuan. Batuan seperti batu pasir, kapur, dan gamping dinilai baik karena dapat menyaring air secara alami. Sementara batu lumpur dianggap tidak ideal karena mudah tercemar.

“Batuan yang mengandung air bisa ditemukan di kedalaman dangkal maupun dalam. Tapi yang dangkal biasanya lebih rawan kontaminasi, baik dari toilet, selokan, maupun limbah lain,” pungkas Lambok. 


Topik

Peristiwa Viral Dedi Mulyadi air mineral Sumber Air Mineral Subang air pegunungan Pegunungan Aqua



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Madura Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Sri Kurnia Mahiruni

Peristiwa

Artikel terkait di Peristiwa