Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Sejumlah Anak di Kota Batu Masih Mengalami Gangguan Kesehatan Mental, Begini Penjelasan Akademisi UM

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : Yunan Helmy

07 - Sep - 2025, 12:56

Placeholder
Ilustrasi Ibu dan anak. Anak di Kota Batu perlu penerapan pola asuh yang tepat dan peran oran tua di keluarga yang mencegah gangguan mental pada anak.(Foto: Prasetyo Lanang/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Kesehatan mental anak-anak terus menjadi perhatian serius di Kota Batu. Apalagi, kurun Januari-Agustus 2025, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) mencatat ada tujuh anak mengidap gangguan mental. Masalah ini juga turut menjadi sorotan akademisi.

Kepala Program Studi (Kaprodi) Bimbingan Konseling Universitas Negeri Malang (UM) Muslihati mengungkapkan, faktor terbesar pemicu gangguan kesehatan mental berasal dari dua faktor. Yakni faktor internal dari keluarga dan eksternal dari sekolah atau lingkungan sekitar. 

Baca Juga : Tingkat Kepatuhan Rendah, Kontribusi Dana Infak ASN di Kota Batu Masih Minim

 

Keluarga menjadi faktor penting dalam menjaga mental anak agar tetap stabil. "Karena anak merupakan produk dari keluarga," jelas Muslihati saat dihubungi, belum lama ini.

Dikatakannya, perhatian dan bentuk kasih sayang yang penuh akan membentuk pribadi anak yang kuat dan percaya diri. Untuk itu, ilmu parenting merupakan kunci untuk membentuk mental dan karakter anak yang sehat.

"Paling tidak, di keluarga, orang tua harus bisa mengambil peran sebagai tempat curhat atau berkeluh kesah," ucapnya.

Jika ruang itu tak didapatkan, sambungnya, anak akan berpotensi mengalihkan ke arah yang salah. Misalnya bermain gadget secara berlebihan. Bahkan berpotensi lebih parah daripada itu. 

Muslihati menyebut anak-anak memang rawan mengalami gangguan mental. Sehingga kondisi psikologis orang tua akan sangat memengaruhi jiwa anak. 

Jika ada ketidakharmonisan orang tua, akan membuat kondisi psikologi anak menjadi drop. Sejauh ini akar masalahnya ada di sana. Pasalnya,  banyak fenomena turunan yang terjadi dari masalah kehadiran orang tua itu. Di antaranya anak dalam asuhan gadget, kecanduan permainan daring, dan media sosial.

Baca Juga : Api Tungku Kayu Diduga Sebabkan 2 Rumah Kebakaran

 

"Karena anak dituntut untuk terus memenuhi sesuatu yang dia mainkan. Awalnya memang membahagiakan. Namun lama-lama akan berubah menjadi adrenalin, lalu stres," terangnya.

Padahal itu bukan suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Akhirnya anak menjadi depresi ketika tidak bisa memenuhi tuntutan dalam gim tersebut. Ekspresi yang paling sering muncul yakni berkata kasar, tantrum, hingga memukul dirinya sendiri.

Muslihati menilai, orang tua penting mengatur jadwal bermain gadget atau screen time sesuai umur anak. Ia meminta agar orang tua tidak memberikan gadget sebelum anak berusia tiga tahun. 

Sementara, untuk anak usia 3-4 tahun idealnya diberikan waktu maksimal satu jam per hari. Selebihnya screen time maksimal selama 2-3 jam dalam sehari. "Selain menjaga kestabilan mental, juga dapat mengurangi risiko kerusakan kesehatan pada organ mata," tutupnya.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Madura Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Prasetyo Lanang

Editor

Yunan Helmy